Total Tayangan Halaman

Entri Populer

Selasa, 19 Oktober 2010

Kekuatan vs Kelemahan

Kekuatan vs Kelemahan: http://bit.ly/aDFA4A









Saat memberikan konseling dan program pelatihan (coach), kami sering mendapat pertanyaan sbb:
Apa itu kelemahan saya?
Apakah benar kelemahan harus diperbaiki?
Mengapa kekuatan sulit kita kenali dan menggunakannya?
Bagaimana cerita keberhasilan dan kegagalan seorang pemimpin karena "kekuatan dan kelemahan"-nya?

Untuk menjawab hal tersebut, kami memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai apa itu kekuatan seseorang yang bisa dideteksi dengan beberapa alat psychology dan terutama dengan metode Behavioral Styles Management. Kami menggunakan istilah kendaraan utama/paling cepat ybs dengan istilah "mobil" dan kendaraan paling lambat dengan istilah "becak". Bisa saja seseorang memiliki beberapa "mobil" tetapi pasti memiliki "becak". Demikian pula, walau seseorang memiliki beberapa "becak" pasti juga memiliki "mobil". Hal ini merupakan rahasia yang sangat luar biasa saat kita memikirkan bagaimana Tuhan memberikan begitu banyak kesempatan kita dibalik kesempitan. Memang tidak semua orang mampu melihat kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan orang lain secara obyektif dan menggunakannya untuk sesuatu yang berguna.

Kekuatan seseorang tersebut bisa dikatakan "modal" apabila ybs bisa mengenali-nya dan menggunakannya atau melipat-gandakannya sehingga bisa disebut "potent". Sebaliknya kekuatan seseorang tersebut bisa juga menjadi perangkap atau racun sehingga membuat ybs menjadi "impotent".

Kekuatan seseorang tersebut belum bisa dikenali karena kalau diumpamakan, ibarat tubuh dan mulut seseorang secara fisik perlu untuk dirawat. Apabila tidak dirawat, kemungkinan besar ybs belum merasakan masalah dengan "bau badan dan bau mulutnya" tetapi tidak perlu lama-lama bagi orang lain untuk mengenali seseorang yang jarang mandi dan gosok giginya bukan? Oleh karena itu dalam tulisan kami sebelumnya tentang "Bangun Tidur Kuterus Mandi..." (Lihat di http://bestcharacters.blogspot.com/2010/10/bangun-pagi-kuterus-mandi-tidak-lupa.html) untuk mengerti persoalan karakter seumpama demikian lama mengajarkan seorang anak MANDIRI (mandi sendiri dan gosok gigi) selama 6-7 tahun untuk sebuah kegiatan yang cuma 10-15 menit.

Kembali soal kekuatan yang sebenarnya memiliki 2 akibat: Potential atau Impotential, Modal atau Racun. Kekuatan seorang pemimpin saat dia gunakan Wibawa-nya akan menghasilkan kekuatan yang bisa kita lihat dalam sejarah. Mereka menjadi dikenang dengan kata-kata mutiaranya seperti: Vini Vidi Vici, Time is Money, No Pain No Gain, All by Myself, I've Got The Power dsb... Tulisan ini tidak mencoba menghakimi baik atau jahat-nya seseorang apalagi dari hasil buah karyanya karena kita belajar bagaimana keberhasilan tersebut dilihat orang lain dan memang sejarah mencatatnya. Kita lihat juga keberhasilan dari salah satu kekuatan yang menjadi sikap: WIBAWA ini juga hancur bukan karena kelemahannya tetapi karena "jigong" atau "bau badan dan bau mulut" karakternya itu sendiri. Sudah sering kita lihat para pemimpin dan pembuat sejarah cerita sedih dari masa kejayaannya ternyata bersumber dari kekuatan karakternya ybs itu sendiri yang sekaligus juga membuka celah masuknya para musuh termasuk musuh dalam selimut. Nama lain dari "jigong" kekuatan Wibawa contohnya bisa kita sebut adalah "Premanisme", "Brutalisme", "Kesewenang-wenangan" dsb. Hal ini bisa terjadi karena bisa saja dari reaksi berantai dari seseorang yang tidak tahu bahwa berkat pasti datang kepada semua orang seperti hujan dan sinar matahari, tetapi bagaimana membuatnya berlipat-ganda diperlukan kesadaran obyektif bahwa "mengapa kita dipercaya lebih dituntut tanggung jawab yang lebih".

Contohnya, Bill Gates menulis kata sbb: Bila Anda terlahir miskin itu bukan kesalahan Anda, tetapi bila Anda mati dalam kemiskinan itu adalah kesalahan Anda. Coba kita renungkan dengan sikap yang positif dan benar, berarti ada kemungkinan seseorang bisa saja terlahir kaya, tetapi bila ybs belum mati saja sudah menjadi tidak kaya berarti ada yang salah dalam mengelolanya bukan?

Berdasarkan hasil pengamatan kami, sumber terjadinya masalah tersebut selalu dari kekuatan seseorang misalnya sikap Wibawa tadi tidak diperdalam dan dipelajari dengan teman kerjanya. Yang terjadi "jigong" mulai muncul yaitu mulai menabrak wewenang yang seharusnya di perbaharui, kemudian teman kerja mulai dikurangi tetapi teman main (termasuk main perasaan) makin banyak. Maka tidak heran proses yang terjadi adalah pembusukan yang bila tidak dicegah mengakibatkan habisnya sumber daya, waktu dan kesempatan.

Kami tidak sependapat bahwa contoh kelemahan seorang pria adalah 3 Ta: Wanita, Tahta dan Harta. Tetapi Jigong Kekuatan seseorang tersebut yang menjadi celah dan dibaca oleh musuh seorang pria tersebut dengan obyek 3 Ta tadi maka sudah pasti mangsa akan mudah dicaplok.

Cukup mengherankan, secara fakta ironis keberhasilan seseorang/kelompok menjebak karakter atau membunuh karakter dilakukan dan diekspose lebih banyak dari pada keberhasilah seseorang/kelompok dalam mengembangkan dan membangkitkan banyak orang. Untungnya masyarakat masih bisa sangat merindukan sikap positif (WIBAWA) seorang pemimpin seperti yang kita lihat dalam kasus Penyelamatan 33 petambang yang terperangkap dalam tambang dikedalaman hampir 700 meter selama 66 hari oleh karena inisiatif Wibawa Presiden Cile Sebastian Pinera, karena belum pernah terjadi kalau korban bisa bertahan hidup selama itu dan sekaligus Presiden sampai turun tangan! Dunia masih menulis di banyak surat kabar selama 1 minggu mengenai drama yang luar biasa tersebut bisa mengalahkan semua sinetron dalam negeri yang bersifat sebaliknya mengagung-agungkan "jigong" karakter sehingga bisa berseri-seri baik di TV maupun panggung politik negara kita.

Dengan tulisan singkat ini, penulis mau mencoba memberikan peran serta kepada seluruh teman-teman yang budiman, jangan berprasangka dengan yang namanya kekuatan yang ada didalam diri kita dan dalam orang lain. Manfaatkanlah maka otomatis PeDe kita akan meningkat dengan signifikan seyakin kita yang baru mandi dan gosok gigi untuk ketemu dengan orang lain. Demikian pula bila kekuatan tersebut tidak kita pakai, maka pasti bersifat "racun" baik untuk diri sendiri maupun orang lain.Jadi bagaimana kalau kita masih ditanya dan memang masih punya yang namana kelemahan (becak) itu indikasi bahwa kita butuh teman. Oleh karena itu segeralah cari mereka yang punya kekuatan untuk mengatasi kelemahan kita tentunya secara obyektif bukan?

Salam Karakter,
William Wiguna
penulis adalah pemerhati dan praktisi Manajemen Perilaku)

Rabu, 13 Oktober 2010

"Bangun pagi kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi..."









Sepotong lagu yang selalu populer saat kita masih balita dan dipopulerkan langsung oleh orang tua atau orang terdekat kita saat itu. Mengapa lagu ini begitu populer dan sangat mudah untuk dinyanyikan bahkan terus teringat sampai dengan dewasa. Kami sudah survey hampir semua peserta dewasa dalam kelas kami masih mengenal dengan baik kata-kata dan irama lagu ini dan tidak ada yang merasa malu ketika disuruh ulang bahkan bersedia ramai-ramai menyanyikannya.



Catatan ini hendak menjelaskan betapa sulitnya mengajarkan seseorang MANDIRI (mandi sendiri) dan gosok gigi, sehingga perlu dibuat sebuah lagu yang menyenangkan dan mengajak seorang anak sejak dini bahwa pentingnya mandi dan gosok gigi.



Di dalam kelas, pertanyaan yang diajukan adalah berapa lama kita mengajarkan seorang anak dari bayi sampai dia bisa mandi dan gosok gigi sendiri, banyak yang menjawab dari nol sampai dengan 5-7 tahun baru kebiasaan ini bisa melekat dan bisa melakukannya sendiri. Lama atau sebentar coba kita sendiri yang merenungkannya karena pastinya kita yang dewasa telah melewati tahapan itu bukan? Kecuali memang kita tidak mau membiasakan lagi kebiasaan mandi dan gosok gigi tersebut.



Kemudian pertanyaan berlanjut, sampai usia berapa seseorang baru tahu manfaat utama dari mandi dan gosok gigi seperti misalnya mengurangi bau badan dan bau mulut dengan melakukan kebiasaan tersebut, maka jawaban ini sangat bervariasi. Rata-rata mereka menyadari setelah usia akil balik bahkan usia dewasa. Bayangkan itulah situasi dan kondisi nyata, bagaimana membangun perilaku yang baik untuk tubuh fisik yang manfaatnya sangat-sangat jelas dan proses seseorang bisa menyadarinya dan nantinaya akan menjadi kebudayaan keluarganya di kemudian hari.



Mengapa harus rajin dan rutin mandi serta gosok gigi, kira-kira demikian gambarannya, setiap pagi ketika kita bangun, maka tubuh dan mulut kita akan mengeluarkan sisa-sisa atau racun dari hasil metabolisme dalam tubuh dan mulut, maka bisa dipastikan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Masalahnya kalau tidak dibiasakan dibersihkan, bisa dibayangkan bagaimana bisa nyaman bertemu dengan orang lain dengan daki atau "jigong" bukan? Jadi, jangan salahkan bau badannya atau bau mulutnya karena itu adalah sangat normal bagi manusia yang hidup normal, tetapi apakah perawatannya sudah normal atau belum.



Begitulah cerita bagaimana kita menjelaskan persoalan perilaku seseorang. Setiap karakter pasti menghasilkan juga seumpama cerita di atas. Pelajaran mengenai kelemahan dan kekuatan karakter tidak kami jelaskan di dalam note ini, tetapi sisi negatif dari kekuatan karakter seseorang itu yang sebenarnya mengancam cara kerja atau berinteraksi dengan orang lainnya. Hal ini yang sering dilupakan bahkan tidak diajarkan setelah seseorang itu mulai sekolah. Mereka tidak diketahui bagaimana mendeteksi "bau mulut" atau "bau badan" karakternya. Semakin kuat karakter seseorang, dan tidak diimbangi dengan pengelolaan karakternya maka semakin kuat "bau mulut" yang dirasakan oleh orang-orang sekitarnya.



Bagi mereka sekitarnya pasti sangat kesulitan menjelaskan atau memberikan info kepada yang bersangkutan karena ini berlaku kondisi cerita "MEMBOCORKAN RAHASIA NEGARA" (bisa dilihat di artikel kami di http://bestcharacters.blogspot.com/2009/05/rahasia-membaca-orang-lain-dalam-10.html).



Oleh karena itu sering kali didalam pelatihan memberikan perumpamaan sbb: Seandainya saya mempunyai sahabat karib dan di depan orang yang banyak, terlihat mukanya ada kotoran, tentunya saya pasti berinisiatif untuk memberi tahu nya bukan? karena berisik atau situasi di depan umum, saya merasa cukup kasih isyarat. Tetapi katakanlah sahabat saya tersebut tidak mengerti juga dan akhirnya saya mendekati dan langsung membersihkan mukanya dengan tangan saya karena telah dikasih tahu tapi ngga bisa membersihkannya sendiri. Sampai tahap ini setiap orang pasti setuju niat baik saya membersihkan muka sahabat saya. Akan tetapi tanpa disadari, karena dilakukan di depan orang banyak, sahabat saya justeru tidak menerima "cara" saya tersebut. Sehingga kita semua bisa tahu akhir cerita ini yaitu kemungkinan sahabat saya sakit hati bukan?



Berarti, tiap kali kita melihat "bau mulut" atau "bau badan" seseorang bisa diibaratkan dengan perumpamaan diatas, sangat beresiko sekali bila seorang yang apalagi sudah merasa dekat atau pasangan suami-isteri sekalipun yang mencoba meng-"gosok gigi" atau "memandikan" perilaku orang lain bukan? Ibarat pilihan kita cuma dua: Tega melihat orang tsb memalukan selamanya atau memberi tahu/langsung mengoreksi dengan resiko dimusuhi selamanya. Bisa dibayangkan juga bila hal tersebut dilakukan berulang-ulang di depan umum?

Seperti contoh seorang atasan yang bingung memberitahu bawahannya yang terkenal galak supaya jangan galak, atau seorang suami yang mencoba memberitahu agar isterinya jangan terlalu pelit, atau seorang sahabat yang mencoba memberitahu supaya temennya jangan berbohong terus dan seorang guru yang memperingatkan muridnya supaya jangan "ngeyel" kalau dikasih tahu.



Semua hal tersebut pasti atas dasar niat yang baik, tetapi hasilnya bisa menjadi bencana dan berakibat sakit hati seumur hidup walaupun sudah saling memaafkan.



Oleh karena itu ini bukan soal orang tersebut punya agama atau tidak, berpendidikan atau tidak, berpengalaman atau tidak, tetapi belum atau jarang diajarkan bagaimana pentingnya "Mandi dan Gosok Gigi" karakternya belum lagi "sabun dan odolnya" yang berbeda-beda.



Secara ringkas, kami menjelaskan didalam kelas, yaitu kembali dengan cerita saya dan sahabat saya yang mukanya kotor, saya memberikan cermin kepadanya. Maka dalam 1-2 detik ybs bisa langsung mengerti problemnya dan saya selamat dari resiko "membocorkan rahasia negara"-nya bukan? Dan ybs bisa langsung melakukan introspeksi dan membersihkan nodanya sendiri, tanpa harus berlama-lama saling menderita atau salah paham.



Demikianlah ilustrasi yang kami berikan bagi teman-teman yang mungkin mengalami hal serupa baik dibidang bisnis, sosial dan keluarga. Betapa pentingnya kita mengerti cara menggunakan cermin dan bekerja sama dengan Coach sebagai "stylist". Hal ini bukan berarti cermin yang paling penting, tetapi bagaimana dia nantinya kemudian menggunakan cermin untuk lebih mempercantik atau menjadi lebih ganteng karakternya bersama dengan Coach. Juga seorang Stylest atau Coach tidak akan bisa memberikan pelayanan yang benar bila tidak memiliki tools yang tepat dan VALID. Sampai kapan? Bukankah seumur hidup kita bisa bekerja sama GRATIS lebih baik?



Salam karakter!

by: William Wiguna, Owner and Managing Partner Care Plus Indonesia®

www.careplusindonesia.com

www.bestcharacters.blogspot.com

Program Solusi Bisnis @ FM 100.6 Heartline Jkt, Radio Streaming www.heartline.co.id setiap jam 8-9 Sabtu Pertama Dan Ketiga.

Program Konsultasi Bisnis @ Tabloid Wanita Indonesia.



Care Plus Indonesia®The First Life Time® GUARANTEE Program & Counseling